Kamis, 07 April 2011

kenaikan harga

DAMPAK KENAIKAN HARGA BAGI SEMUA KALANGAN




DAMPAK KENAIKAN HARGA BAGI PRODUSEN

Kenaikan harga merupakan suatu masalah klasik yang hampir selalu terjadi di dalam dunia ekonomi, dan sudah pasti kenaikan harga ini akan memberikan dampak terhadap semua elemen yang terlibat dalam kegiatan ekonomi, terutama produsen. Sebelum mengupas dampak kenaikan harga terhadap produsen, sebaiknya kita harus mengetahui definisi atau pengertian dari produsen.
sumber:
http://panduzone.blogspot.com/2011/04/dampak-kenaikan-harga-bagi-produsen.html



DAMPAK KENAIKAN HARGA BAGI PEMERINTAH

Masalah yang terus mendapat perhatian dari pemerintah adalah masalah inflasi.
Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang dengan pesat.
Awalnya Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan pendapatan tinggi yang selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa.Pengeluaran ini dapat menimbulkan inflasi.
Ada kalanya tingkat inflasi meningkat tiba-tiba atau wujud akibat suatu peristiwa tertentu yang berlaku di luar ekspentasi pemerintah . misalnya efek dari pengurangan nilai uang yang sangat besar atau ketidakstabilan politik.Menghadapi masalah inflasi yang bertambah cepat ini pemerintah akan menyusun langkah-langkah yang bertujuan untuk mengatasi masalah inflasi yang bertambah cepat tingkatnya.Contohnya seperti pemerintah terpaksa mencetak uang atau meminjam dari bank sentral.
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

http://nurhanifah-hani.blogspot.com/2011/03/dampak-kenaikan-harga-bagi-pemerintah.html

DAMPAK KENAIKAN HARGA BAGI KONSUMEN
dampak kenaikan harga bagi konsumen akan berakibat menyengsarakan rakyat. dan dapat menimbulkan penyakit yaitu gisi buruk.

upah minimum regional

Berikut Informasi Upah Minimum Regional (UMR) atau Upah Minimum Kabupaten (UMK) yang telah dikeluarkan masing-masing Regional atau Kabupaten yang bersangkutan.

Propinsi Kabupaten Sektor 2010 2011 2012
Bali Non Kabupaten Non Sektor 829316 890000 0
Bali Kabupaten Badung Non Sektor 1110000 1221000 0
Bali Kabupaten Bangli Non Sektor 829500 893000 0
Bali Kabupaten Buleleng Non Sektor 830000 895000 0
Bali Kabupaten Gianyar Non Sektor 925000 1003625 0
Bali Kabupaten Jembrana Non Sektor 875000 927500 0
Bali Kabupaten Karangasem Non Sektor 875000 953750 0
Bali Kabupaten Klungkung Non Sektor 835800 927000 0
Bali Kabupaten Tabanan Non Sektor 854500 910000 0
Bali Kota Denpasar Non Sektor 1100000 1191500 0
Bangka Belitung Non Kabupaten Non Sektor 910000 1024000 0
Banten Non Kabupaten Non Sektor 955300 1000000 0
Banten Kabupaten Lebak Non Sektor 959500 0 0
Banten Kabupaten Pandeglang Non Sektor 964500 0 0
Banten Kabupaten Tangerang Non Sektor 1117245 1243000 0
Banten Kota Cilegon Non Sektor 0 0 0
Banten Kota Tangerang Non Sektor 0 0 0
Banten Kota Serang Non Sektor 1050000 0 0
Bengkulu Non Kabupaten Non Sektor 0 815000 0
DI Yogyakarta Non Kabupaten Non Sektor 745694 808000 0
DKI Jakarta Non Kabupaten Non Sektor 1118009 1290000 0
Gorontalo Non Kabupaten Non Sektor 710000 762500 0
Jambi Non Kabupaten Non Sektor 900000 0 0
Jawa Barat Non Kabupaten Non Sektor 0 0 0
Jawa Barat Kabupaten Cirebon Non Sektor 825000 0 0
Jawa Barat Kabupaten Garut Non Sektor 735000 0 0
Jawa Barat Kabupaten Indramayu Non Sektor 854145 0 0
Jawa Barat Kabupaten Karawang Non Sektor 1111000 0 0
Jawa Barat Kabupaten Karawang Tekstil / Garmen 1117500 0 0
Jawa Barat Kabupaten Karawang Lain – Lain 1136778 0 0
Jawa Barat Kabupaten Kuningan Non Sektor 700000 0 0
Jawa Barat Kabupaten Majalengka Non Sektor 720000 0 0
Jawa Barat Kabupaten Majalengka Tekstil / Garmen 790000 0 0
Jawa Barat Kabupaten Majalengka Lain – Lain 860000 0 0
Jawa Barat Kabupaten Majalengka Perdagangan / Jasa 835000 0 0
Jawa Barat Kabupaten Purwakarta Non Sektor 890000 0 0
Jawa Barat Kabupaten Purwakarta Tekstil / Garmen 1015000 0 0
Jawa Barat Kabupaten Purwakarta Lain – Lain 1015000 0 0
Jawa Barat Kabupaten Subang Non Sektor 746400 0 0
Jawa Barat Kabupaten Subang Manufaktur 941400 0 0
Jawa Barat Kabupaten Sukabumi Non Sektor 671500 0 0
Jawa Barat Kabupaten Sukabumi Tekstil / Garmen 0 0 0
Jawa Barat Kabupaten Sumedang Non Sektor 1058978 0 0
Jawa Barat Kabupaten Tasikmalaya Non Sektor 775000 0 0
Jawa Barat Kota Bandung Non Sektor 1118000 1188435 0
Jawa Barat Kota Banjar Non Sektor 689800 0 0
Jawa Barat Kota Bekasi Non Sektor 1155000 0 0
Jawa Barat Kota Bekasi Tekstil / Garmen 1257000 0 0
Jawa Barat Kota Bekasi Otomotif 1300000 0 0
Jawa Barat Kota Bogor Non Sektor 971200 0 0
Jawa Barat Kota Cimahi Non Sektor 1107304 0 0
Jawa Barat Kota Cirebon Non Sektor 840000 0 0
Jawa Barat Kota Depok Non Sektor 1157000 0 0
Jawa Barat Kota Sukabumi Non Sektor 850000 0 0
Jawa Barat Kota Tasikmalaya Non Sektor 780000 0 0
Jawa Barat Kabupaten Bandung Non Sektor 1060500 0 0
Jawa Barat Kabupaten Bandung Barat Non Sektor 1105225 0 0
Jawa Barat Kabupaten Bekasi Non Sektor 1168974 0 0
Jawa Barat Kabupaten Bogor Non Sektor 1056914 0 0
Jawa Barat Kabupaten Ciamis Non Sektor 699815 0 0
Jawa Barat Kabupaten Cianjur Non Sektor 743500 0 0
Jawa Tengah Non Kabupaten Non Sektor 0 0 0
Jawa Tengah Kabupaten Banjarnegara Non Sektor 662000 730000 0
Jawa Tengah Kabupaten Jepara Non Sektor 702000 735000 0
Jawa Tengah Kabupaten Karanganyar Non Sektor 761000 801500 0
Jawa Tengah Kabupaten Kebumen Non Sektor 700000 727500 0
Jawa Tengah Kabupaten Kendal Non Sektor 780000 843750 0
Jawa Tengah Kabupaten Klaten Non Sektor 735000 766022 0
Jawa Tengah Kabupaten Kudus Non Sektor 775000 840000 0
Jawa Tengah Kabupaten Magelang Non Sektor 752000 795000 0
Jawa Tengah Kabupaten Pati Non Sektor 733000 769550 0
Jawa Tengah Kabupaten Pekalongan Non Sektor 760000 810000 0
Jawa Tengah Kabupaten Pemalang Non Sektor 675000 725000 0
Jawa Tengah Kabupaten Banyumas Non Sektor 670000 750000 0
Jawa Tengah Kabupaten Purbalingga Non Sektor 695000 765000 0
Jawa Tengah Kabupaten Purworejo Non Sektor 719000 755000 0
Jawa Tengah Kabupaten Rembang Non Sektor 702000 757600 0
Jawa Tengah Kabupaten Semarang Non Sektor 824000 880000 0
Jawa Tengah Kabupaten Sragen Non Sektor 724000 760000 0
Jawa Tengah Kabupaten Sukoharjo Non Sektor 769500 790500 0
Jawa Tengah Kabupaten Tegal Non Sektor 687500 725000 0
Jawa Tengah Kabupaten Temanggung Non Sektor 709500 779000 0
Jawa Tengah Kabupaten Wonogiri Non Sektor 695000 730000 0
Jawa Tengah Kabupaten Wonosobo Non Sektor 715000 775000 0
Jawa Tengah Kabupaten Batang Non Sektor 745000 805000 0
Jawa Tengah Kota Magelang Non Sektor 745000 795000 0
Jawa Tengah Kota Surakarta Non Sektor 785000 826252 0
Jawa Tengah Kota Salatiga Non Sektor 803185 843469 0
Jawa Tengah Kota Semarang Non Sektor 939756 961323 0
Jawa Tengah Kota Pekalongan Non Sektor 760000 810000 0
Jawa Tengah Kota Tegal Non Sektor 700000 735000 0
Jawa Tengah Kabupaten Blora Non Sektor 742000 816200 0
Jawa Tengah Kabupaten Boyolali Non Sektor 748000 800500 0
Jawa Tengah Kabupaten Brebes Non Sektor 681000 717000 0
Jawa Tengah Kabupaten Cilacap Non Sektor 760000 790000 0
Jawa Tengah Kabupaten Demak Non Sektor 813400 847987 0
Jawa Tengah Kabupaten Grobogan Non Sektor 687500 735000 0
Jawa Timur Kabupaten Bangkalan Non Sektor 775000 0 0
Jawa Timur Kabupaten Banyuwangi Non Sektor 824000 0 0
Jawa Timur Kabupaten Blitar Non Sektor 830000 0 0
Jawa Timur Kabupaten Bojonegoro Non Sektor 825000 870000 0
Jawa Timur Kabupaten Gresik Non Sektor 1010400 0 0
Jawa Timur Kabupaten Gresik Perdagangan / Jasa 0 0 0
Jawa Timur Kabupaten Jember Non Sektor 830000 875000 0
Jawa Timur Kabupaten Jombang Non Sektor 790000 0 0
Jawa Timur Kabupaten Kediri Non Sektor 871000 935500 0
Jawa Timur Kabupaten Lamongan Non Sektor 875000 900000 0
Jawa Timur Kabupaten Lumajang Non Sektor 688000 0 0
Jawa Timur Kabupaten Madiun Non Sektor 685000 0 0
Jawa Timur Kabupaten Magetan Non Sektor 650000 0 0
Jawa Timur Kabupaten Malang Non Sektor 1000005 1077600 0
Jawa Timur Kabupaten Mojokerto Non Sektor 1009150 1105000 0
Jawa Timur Kabupaten Mojokerto Lain – Lain 0 0 0
Jawa Timur Kabupaten Nganjuk Non Sektor 650000 0 0
Jawa Timur Kabupaten Ngawi Non Sektor 665000 0 0
Jawa Timur Kabupaten Pacitan Non Sektor 630000 0 0
Jawa Timur Kabupaten Pamekasan Non Sektor 900000 925000 0
Jawa Timur Kabupaten Pasuruan Non Sektor 1005000 1107000 0
Jawa Timur Kabupaten Probolinggo Non Sektor 744000 0 0
Jawa Timur Kabupaten Sampang Non Sektor 690000 0 0
Jawa Timur Kabupaten Sidoarjo Non Sektor 1005000 1107000 0
Jawa Timur Kabupaten Sumenep Non Sektor 730000 0 0
Jawa Timur Kabupaten Tuban Non Sektor 870000 935000 0
Jawa Timur Kota Batu Non Sektor 989000 1105000 0
Jawa Timur Kota Blitar Non Sektor 663000 0 0
Jawa Timur Kota Kediri Non Sektor 906000 975000 0
Jawa Timur Kota Madiun Non Sektor 685000 0 0
Jawa Timur Kota Malang Non Sektor 1006263 1079887 0
Jawa Timur Kota Mojokerto Non Sektor 805000 0 0
Jawa Timur Kota Pasuruan Non Sektor 865000 926000 0
Jawa Timur Kota Probolinggo Non Sektor 741000 0 0
Jawa Timur Kota Surabaya Non Sektor 1031500 1115000 0
Kalimantan Barat Non Kabupaten Non Sektor 1024500 802500 0
Kalimantan Selatan Non Kabupaten Non Sektor 1024500 1126000 0
Kalimantan Selatan Non Kabupaten Pertambangan 1080000 0 0
Kalimantan Selatan Non Kabupaten Makanan / Minuman 1065000 0 0
Kalimantan Selatan Non Kabupaten Keuangan / Asuransi 1357000 0 0
Kalimantan Selatan Non Kabupaten Perdagangan / Jasa 1185000 0 0
Kalimantan Tengah Non Kabupaten Non Sektor 986590 1134580 0
Kalimantan Tengah Non Kabupaten Pertambangan 1085250 0 0
Kalimantan Timur Non Kabupaten Non Sektor 1002000 0 0
Kepulauan Riau Non Kabupaten Non Sektor 925000 975000 0
Kepulauan Riau Kota Batam Non Sektor 1110000 0 0
Lampung Non Kabupaten Non Sektor 767500 0 0
Lampung Kabupaten Tulang Bawang Non Sektor 776500 0 0
Lampung Kota Bandar Lampung Makanan / Minuman 776500 0 0
Maluku Non Kabupaten Non Sektor 840000 900000 0
Maluku Non Kabupaten Pertambangan 1225000 0 0
Maluku Non Kabupaten Makanan / Minuman 915000 0 0
Maluku Non Kabupaten Perminyakan 1310000 0 0
Maluku Non Kabupaten Perdagangan / Jasa 890000 0 0
Maluku Kabupaten Buru Perdagangan / Jasa 0 1065000 0
Maluku Utara Non Kabupaten Non Sektor 0 0 0
Nangroe Aceh Darussalam Non Kabupaten Non Sektor 1300000 0 0
Nangroe Aceh Darussalam Kota Banda Aceh Otomotif 0 0 0
Nusa Tenggara Barat Non Kabupaten Non Sektor 730000 0 0
Nusa Tenggara Timur Non Kabupaten Non Sektor 800000 850000 0
Papua Non Kabupaten Non Sektor 1210000 0 0
Papua Non Kabupaten Pertambangan 1328000 0 0
Papua Non Kabupaten Perminyakan 1328000 0 0
Papua Non Kabupaten Properti / Real Estat 1328000 0 0
Riau Non Kabupaten Non Sektor 1016000 1120000 0
Sulawesi Barat Non Kabupaten Non Sektor 0 0 0
Sulawesi Selatan Non Kabupaten Non Sektor 1000000 1100000 0
Sulawesi Tengah Non Kabupaten Non Sektor 777500 827500 0
Sulawesi Tengah Kota Palu Non Sektor 785.000 0 0
Sulawesi Tenggara Non Kabupaten Non Sektor 0 930000 0
Sulawesi Tenggara Non Kabupaten Pertambangan 900000 0 0
Sulawesi Tenggara Kota Kendari Non Sektor 0 970000 0
Sulawesi Tenggara Kota Kendari Lain – Lain 1100000 0 0
Sulawesi Utara Non Kabupaten Non Sektor 0 0 0
Sumatera Barat Non Kabupaten Non Sektor 0 1055000 0
Sumatera Selatan Non Kabupaten Non Sektor 927825 0 0
Sumatera Selatan Non Kabupaten Pertambangan 974216 0 0
Sumatera Selatan Non Kabupaten Perdagangan / Jasa 974216 0 0
Sumatera Utara Non Kabupaten Non Sektor 965000 1035500 0

Sumber: hrcentro.com


Jumat, 01 April 2011

tugas 5

tugas 5

Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu periode,biasanya selama satu tahun.

Konsep pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William Petty dari Inggris yang berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya(Inggris) pada tahun 1665. Dalam perhitungannya, ia menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun, pendapat tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi bukanlah satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut mereka, alat utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto (Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan diukur menurut harga pasar pada suatu negara.

Berikut adalah beberapa konsep pendapatan nasional

  • Produk Domestik Bruto (GDP)
    Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.
Pendapatan nasional merupakan salah satu ukuran pertumbuhan ekonomi suatu negara
  • Produk Nasional Bruto (GNP)
    Produk Nasional Bruto (Gross National Product) atau PNB meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama satu tahun; termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut.
  • Produk Nasional Neto (NNP)
    Produk Nasional Neto (Net National Product) adalah GNP dikurangi depresiasi atau penyusutan barang modal (sering pula disebut replacement). Replacement penggantian barang modal/penyusutan bagi peralatan produski yang dipakai dalam proses produksi umumnya bersifat taksiran sehingga mungkin saja kurang tepat dan dapat menimbulkan kesalahan meskipun relatif kecil.
  • Pendapatan Nasional Neto (NNI)
    Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikurang pajak tidak langsung. Yang dimaksud pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah, dll.
  • Pendapatan Perseorangan (PI)
    Pendapatan perseorangan (Personal Income)adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu, contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba yang tidak dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun (iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja).
  • Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)
    Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak pendapatan.

    Pendapatan negara dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu:

  • Pendekatan pendapatan, dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan (upah, sewa, bunga, dan laba) yang diterima rumah tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu periode tertentu sebagai imbalan atas faktor-faktor produksi yang diberikan kepada perusahaan.
  • Pendekatan produksi, dengan cara menjumlahkan nilai seluruh produk yang dihasilkan suatu negara dari bidang industri, agraris, ekstraktif, jasa, dan niaga selama satu periode tertentu. Nilai produk yang dihitung dengan pendekatan ini adalah nilai jasa dan barang jadi (bukan bahan mentah atau barang setengah jadi).
  • Pendekatan pengeluaran, dengan cara menghitung jumlah seluruh pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara selama satu periode tertentu. Perhitungan dengan pendekatan ini dilakukan dengan menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi negara, yaitu: Rumah tangga (Consumption), pemerintah (Government), pengeluaran investasi (Investment), dan selisih antara nilai ekspor dikurangi impor (XM)

Rumus menghitung pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut :

g = {(PDBs-PDBk)/PDBk} x 100%

g = tingkat pertumbuhan ekonomi PDBs = PDB riil tahun sekarang PDBk = PDB riil tahun kemarin

Contoh soal :

PDB Indonesia tahun 2008 = Rp. 467 triliun, sedangkan PDB pada tahun 2007 adalah = Rp. 420 triliun. Maka berapakah tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 jika diasumsikan harga tahun dasarnya berada pada tahun 2007 ?

jawab :

g = {(467-420)/420}x100% = 11,19%

Faktor yang memengaruhi

  • Permintaan dan penawaran agregat
    Permintaan agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan permintaan terhadap barang-barang dan jasa sesuai dengan tingkat harga. Permintaan agregat adalah suatu daftar dari keseluruhan barang dan jasa yang akan dibeli oleh sektor-sektor ekonomi pada berbagai tingkat harga, sedangkan penawaran agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan penawaran barang-barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan dengan tingkat harga tertentu.
Jika terjadi perubahan permintaan atau penawaran agregat, maka perubahan tersebut akan menimbulkan perubahan-perubahan pada tingkat harga, tingkat pengangguran dan tingkat kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Adanya kenaikan pada permintaan agregat cenderung mengakibatkan kenaikan tingkat harga dan output nasional (pendapatan nasional), yang selanjutnya akan mengurangi tingkat pengangguran. Penurunan pada tingkat penawaran agregat cenderung menaikkan harga, tetapi akan menurunkan output nasional (pendapatan nasional) dan menambah pengangguran.
  • Konsumsi dan tabungan
    Konsumsi adalah pengeluaran total untuk memperoleh barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), sedangkan tabungan (saving) adalah bagian dari pendapatan yang tidak dikeluarkan untuk konsumsi. Antara konsumsi, pendapatan, dan tabungan sangat erat hubungannya. Hal ini dapat kita lihat dari pendapat Keynes yang dikenal dengan psychological consumption yang membahas tingkah laku masyarakat dalam konsumsi jika dihubungkan dengan pendapatan.
  • Investasi
    Pengeluaran untuk investasi merupakan salah satu komponen penting dari pengeluaran agregat.


tugas 2

Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.[1] Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian.[2] Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan dengan pertimbangan yang matang.

Aplikasi

Pemahaman akan perilaku konsumen dapat diaplikasikan dalam beberapa hal, yang pertama adalah untuk merancang sebuah strategi pemasaran yang baik, misalnya menentukan kapan saat yang tepat perusahaan memberikan diskon untuk menarik pembeli.[3] Kedua, perilaku konsumen dapat membantu pembuat keputusan membuat kebijakan publik.[3] Misalnya dengan mengetahui bahwa konsumen akan banyak menggunakan transportasi saat lebaran, pembuat keputusan dapat merencanakan harga tiket transportasi di hari raya tersebut. Aplikasi ketiga adalah dalam hal pemasaran sosial (social marketing), yaitu penyebaran ide di antara konsumen.[3] Dengan memahami sikap konsumen dalam menghadapi sesuatu, seseorang dapat menyebarkan ide dengan lebih cepat dan efektif.

Pendekatan dalam meneliti perilaku konsumen

Terdapat tiga pendekatan utama dalam meneliti perilaku konsumen.[4] Pendekatan pertama adalah pendekatan interpretif.[4] Pendekatan ini menggali secara mendalam perilaku konsumsi dan hal yang mendasarinya. Studi dilakukan dengan melalui wawancara panjang dan focus group discussion untuk memahami apa makna sebuah produk dan jasa bagi konsumen dan apa yang dirasakan dan dialami konsumen ketika membeli dan menggunakannya.

Pendekatan kedua adalah pendekatan tradisional yang didasari pada teori dan metode dari ilmu psikologi kognitif, sosial, dan behaviorial serta dari ilmu sosiologi.[4] Pendekatan ini bertujuan mengembangkan teori dan metode untuk menjelaskan perliku dan pembuatan keputusan konsumen. Studi dilakukan melalui eksperimen dan survey untuk menguji coba teori dan mencari pemahaman tentang bagaimana seorang konsumen memproses informasi, membuat keputusan, serta pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku konsumen.

Pendekatan ketiga disebut sebagai sains marketing yang didasari pada teori dan metode dari ilmu ekonomi dan statistika.[4] Pendekatan ini dilakukan dengan mengembangkan dan menguji coba model matematika berdasarkan hirarki kebutuhan manusia menurut Abraham Maslowmoving rate analysis. untuk memprediksi pengaruh strategi marketing terhadap pilihan dan pola konsumsi, yang dikenal dengan sebutan

Ketiga pendekatan sama-sama memiliki nilai dan tinggi dan memberikan pemahaman atas perilaku konsumen dan strategi marketing dari sudut pandang dan tingkatan analisis yang berbeda. Sebuah perusahaan dapat saja menggunakan salah satu atau seluruh pendekatan, tergantung permasalahan yang dihadapi perusahaan tersebut.[4]

Roda analisis konsumen

Roda analisis konsumen adalah kerangka kerja yang digunakan marketer untuk meneliti, menganalisis, dan memahami perilaku konsumen agar dapat menciptakan strategi pemasaran yang lebih baik.[4] Roda analisis konsumen terdiri dari tiga elemen: afeksi dan kognisi, lingkungan, dan perilaku.


Proses pengambilan keputusan pembelian

Sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang mendasari pengambilan keputusan, yakni:[5]

  1. Pengenalan masalah (problem recognition).[1] Konsumen akan membeli suatu produk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli.[1]
  2. Pencarian informasi (information source).[1] Setelah memahami masalah yang ada, konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada melalui pencarian informasi.[1] Proses pencarian informasi dapat berasal dari dalam memori (internal) dan berdasarkan pengalaman orang lain (eksternal).[1]
  3. Mengevaluasi alternatif (alternative evaluation).[1] Setelah konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.[1]
  4. Keputusan pembelian (purchase decision).[1] Setelah konsumen mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian.[1] Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan.[1]
  5. Evaluasi pasca pembelian (post-purchase evaluation) merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan pembelian.[6] Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya.[7] Dalam hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen.[1] Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merek produk tersebut di masa depan.[1] Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen di masa depan.[1]

Faktor-faktor yang memengaruhi

Terdapat 5 faktor internal yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan pembelian:[1]

  1. Motivasi (motivation) merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu.[1]
  2. Persepsi (perception) merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap rangsangan tersebut.[1]
  3. Pembentukan sikap (attitude formation) merupakan penilaian yang ada dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap suka/tidak suka seseorang akan suatu hal.[1]
  4. Integrasi (integration) merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan.[1] Integrasi merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli produk tersebut.[1]
sumber Wikipedia