Minggu, 18 Desember 2011

kera sakti,,,,,,

Seekor kera, terpuruk terpenjara dalam gua..
Di gunung tinggi sunyi tempat hukuman para dewa..
Bertindak sesuka hati loncat kesana-kesini..
Hiraukan semua masalah dimuka bumi ini..
Pria,,,,,,,, nakal,,,,,,,,,,, buta,,,,,,,,,, membuat semua orang menjadi gempar,,,,,,,,,,

ingat pada sang guru mtk yg kemana2 bawa penggaris ditaruh di kedua sisi pundaknya seperti action kera sakti,,,,,,,,, 

Kamis, 29 September 2011

Aku Cinta Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia[1] dan bahasa persatuan bangsa Indonesia.[2] Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, bahasa Indonesia berstatus sebagai bahasa kerja.

Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu.[3] Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau (wilayah Kepulauan Riau sekarang)[4] dari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan "Bahasa Indonesia" diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan "imperialisme bahasa" apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan.[5] Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.

Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu.[6] Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) dan/atau mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya,[7] sehingga dapatlah dikatakan bahwa Bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia.

Fonologi dan tata bahasa Bahasa Indonesia dianggap relatif mudah.[8] Dasar-dasar yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa minggu.[9]
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia

Sejarah Bahasa Indonesia

Berbicara Bahasa Indonesia kita tak bisa jauh dari sumpah pemuda yang berbunyi:


karena bahasa terlahir setelah sumpah pemuda,,,,.

Dialek dan ragam bahasa

Lihat pula: Varian-varian bahasa Melayu
Pada keadaannya bahasa Indonesia menumbuhkan banyak varian yaitu varian menurut pemakai yang disebut sebagai dialek dan varian menurut pemakaian yang disebut sebagai ragam bahasa.
Dialek dibedakan atas hal ihwal berikut:
  1. Dialek regional, yaitu rupa-rupa bahasa yang digunakan di daerah tertentu sehingga ia membedakan bahasa yang digunakan di suatu daerah dengan bahasa yang digunakan di daerah yang lain meski mereka berasal dari eka bahasa. Oleh karena itu, dikenallah bahasa Melayu dialek Ambon, dialek Jakarta (Betawi), atau bahasa Melayu dialek Medan.
  2. Dialek sosial, yaitu dialek yang digunakan oleh kelompok masyarakat tertentu atau yang menandai tingkat masyarakat tertentu. Contohnya dialek wanita dan dialek remaja.
  3. Dialek temporal, yaitu dialek yang digunakan pada kurun waktu tertentu. Contohnya dialek Melayu zaman Sriwijaya dan dialek Melayu zaman Abdullah.
  4. Idiolek, yaitu keseluruhan ciri bahasa seseorang. Sekalipun kita semua berbahasa Indonesia, kita masing-masing memiliki ciri-ciri khas pribadi dalam pelafalan, tata bahasa, atau pilihan dan kekayaan kata.
Ragam bahasa dalam bahasa Indonesia berjumlah sangat banyak dan tidak terhad. Maka itu, ia dibagi atas dasar pokok pembicaraan, perantara pembicaraan, dan hubungan antarpembicara.
Ragam bahasa menurut pokok pembicaraan meliputi:
  1. ragam undang-undang
  2. ragam jurnalistik
  3. ragam ilmiah
  4. ragam sastra
Ragam bahasa menurut hubungan antarpembicara dibagi atas:
  1. ragam lisan, terdiri dari:
    1. ragam percakapan
    2. ragam pidato
    3. ragam kuliah
    4. ragam panggung
  2. ragam tulis, terdiri dari:
    1. ragam teknis
    2. ragam undang-undang
    3. ragam catatan
    4. ragam surat-menyurat
Dalam kenyataannya, bahasa baku tidak dapat digunakan untuk segala keperluan, tetapi hanya untuk:
  1. komunikasi resmi
  2. wacana teknis
  3. pembicaraan di depan khalayak ramai
  4. pembicaraan dengan orang yang dihormati
Selain keempat penggunaan tersebut, dipakailah ragam bukan baku.

TATA BAHASA INDONESIA
Dibandingkan dengan bahasa-bahasa Eropa, bahasa Indonesia tidak menggunakan kata bergender. Sebagai contoh kata ganti seperti "dia" tidak secara spesifik menunjukkan apakah orang yang disebut itu lelaki atau perempuan. Hal yang sama juga ditemukan pada kata seperti "adik" dan "pacar" sebagai contohnya. Untuk memerinci sebuah jenis kelamin, sebuah kata sifat harus ditambahkan, "adik laki-laki" sebagai contohnya.
Ada juga kata yang berjenis kelamin, seperti contohnya "putri" dan "putra". Kata-kata seperti ini biasanya diserap dari bahasa lain. Pada kasus di atas, kedua kata itu diserap dari bahasa Sanskerta melalui bahasa Jawa Kuno.
Untuk mengubah sebuah kata benda menjadi bentuk jamak digunakanlah reduplikasi (perulangan kata), tapi hanya jika jumlahnya tidak terlibat dalam konteks. Sebagai contoh "seribu orang" dipakai, bukan "seribu orang-orang". Perulangan kata juga mempunyai banyak kegunaan lain, tidak terbatas pada kata benda.
Bahasa Indonesia menggunakan dua jenis kata ganti orang pertama jamak, yaitu "kami" dan "kita". "Kami" adalah kata ganti eksklusif yang berarti tidak termasuk sang lawan bicara, sedangkan "kita" adalah kata ganti inklusif yang berarti kelompok orang yang disebut termasuk lawan bicaranya.
Susunan kata dasar yaitu Subyek - Predikat - Obyek (SPO), walaupun susunan kata lain juga mungkin. Kata kerja tidak di bahasa berinfleksikan kepada orang atau jumlah subjek dan objek. Bahasa Indonesia juga tidak mengenal kala (tense). Waktu dinyatakan dengan menambahkan kata keterangan waktu (seperti, "kemarin" atau "esok"), atau petunjuk lain seperti "sudah" atau "belum".
Dengan tata bahasa yang cukup sederhana bahasa Indonesia mempunyai kerumitannya sendiri, yaitu pada penggunaan imbuhan yang mungkin akan cukup membingungkan bagi orang yang pertama kali belajar bahasa Indonesia.

Ragam bahasa
adalah varian dari sebuah bahasa menurut pemakaian. Berbeda dengan dialek yaitu varian dari sebuah bahasa menurut pemakai[1]. Variasi tersebut bisa berbentuk dialek, aksen, laras, gaya, atau berbagai variasi sosiolinguistik lain, termasuk variasi bahasa baku itu sendiri [2]. Variasi di tingkat leksikon, seperti slang dan argot, sering dianggap terkait dengan gaya atau tingkat formalitas tertentu, meskipun penggunaannya kadang juga dianggap sebagai suatu variasi atau ragam tersendiri [2].

[sunting] Jenis ragam bahasa

Berdasarkan pokok pembicaraan, ragam bahasa dibedakan antara lain atas:
  • Ragam bahasa undang-undang
  • Ragam bahasa jurnalistik
  • Ragam bahasa ilmiah
  • Ragam bahasa sastra
Berdasarkan media pembicaraan, ragam bahasa dibedakan atas:
  1. Ragam lisan yang antara lain meliputi:
    • Ragam bahasa cakapan
    • Ragam bahasa pidato
    • Ragam bahasa kuliah
    • Ragam bahasa panggung
  2. Ragam tulis yang antara lain meliputi:
    • Ragam bahasa teknis
    • Ragam bahasa undang-undang
    • Ragam bahasa catatan
    • Ragam bahasa surat
Ragam bahasa menurut hubungan antarpembiacra dibedakan menurut akrab tidaknya pembicara
  • Ragam bahasa resmi
yaitu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah yang ada. biasanya digunakan [ada forum resmi contohnya: pada acara rapat, pidato kenegaraan, diskusi antar negara.
  • Ragam bahasa akrab
untuk tujuan hubungan sosial.
  • Ragam bahasa agak resmi
merupakan perpaduan antara Ragam bahasa resmi dan Ragam bahasa santai. pada saat disekolah.
  • Ragam bahasa santai
bahasa sehari-hari.
contohnya:
"gw lo end"
  • dan sebagainya


sumber:
www.wikipedia.org
http://andy.web.id/naskah-sumpah-pemuda.php

Rabu, 04 Mei 2011

Pendapatan Nasional

Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu periode,biasanya selama satu tahun.
Konsep pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William Petty dari Inggris yang berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya(Inggris) pada tahun 1665. Dalam perhitungannya, ia menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun, pendapat tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi bukanlah satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut mereka, alat utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto (Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan diukur menurut harga pasar pada suatu negara.

Pendapatan negara dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu:

  • Pendekatan pendapatan, dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan (upah, sewa, bunga, dan laba) yang diterima rumah tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu periode tertentu sebagai imbalan atas faktor-faktor produksi yang diberikan kepada perusahaan.
  • Pendekatan produksi, dengan cara menjumlahkan nilai seluruh produk yang dihasilkan suatu negara dari bidang industri, agraris, ekstraktif, jasa, dan niaga selama satu periode tertentu. Nilai produk yang dihitung dengan pendekatan ini adalah nilai jasa dan barang jadi (bukan bahan mentah atau barang setengah jadi).
  • Pendekatan pengeluaran, dengan cara menghitung jumlah seluruh pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara selama satu periode tertentu. Perhitungan dengan pendekatan ini dilakukan dengan menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi negara, yaitu: Rumah tangga (Consumption), pemerintah (Government), pengeluaran investasi (Investment), dan selisih antara nilai ekspor dikurangi impor (XM)

Rumus menghitung pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut :

g = {(PDBs-PDBk)/PDBk} x 100%

g = tingkat pertumbuhan ekonomi PDBs = PDB riil tahun sekarang PDBk = PDB riil tahun kemarin

Contoh soal :

PDB Indonesia tahun 2008 = Rp. 467 triliun, sedangkan PDB pada tahun 2007 adalah = Rp. 420 triliun. Maka berapakah tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 jika diasumsikan harga tahun dasarnya berada pada tahun 2007 ?

jawab :

g = {(467-420)/420}x100% = 11,19%


Selain bertujuan untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu negara dan untuk mendapatkan data-data terperinci mengenai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara selama satu periode, perhitungan pendapatan nasional juga memiliki manfaat-manfaat lain, diantaranya untuk mengetahui dan menelaah struktur perekonomian nasional. Data pendapatan nasional dapat digunakan untuk menggolongkan suatu negara menjadi negara industri, pertanian, atau negara jasa. Contohnya, berdasarkan pehitungan pendapatan nasional dapat diketahui bahwa Indonesia termasuk negara pertanian atau agraris, Jepang merupakan negara industri, Singapura termasuk negara yang unggul di sektor jasa, dan sebagainya.

Disamping itu, data pendapatan nasional juga dapat digunakan untuk menentukan besarnya kontribusi berbagai sektor perekomian terhadap pendapatan nasional, misalnya sektor pertanian, pertambangan, industri, perdaganan, jasa, dan sebagainya. Data tersebut juga digunakan untuk membandingkan kemajuan perekonomian dari waktu ke waktu, membandingkan perekonomian antarnegara atau antardaerah, dan sebagai landasan perumusan kebijakan pemerintah.

Dampak Pendapatan Nasional (Luar Negeri)

Pembangunan ekonomi merupakan salah satu syarat mutlak bagi negara-negara dunia ketiga atau Negara berkembang, termasuk Indonesia, untuk memperkecil jarak (gap) ketertinggalannya di bidang ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dari negara-negara industri maju. Upaya pembangunan ekonomi di Negara-negara tersebut, yang pada umumnya dimotori oleh pemerintah, agak terkendala akibat kurang tersedianya sumber daya ekonomi yang produktif, terutama sumber daya modal yang sering kali berperan sebagai katalisator pembangunan. Untuk mencukupi kekurangan sumber daya modal ini, maka pemerintah Negara yang bersangkutan berusaha untuk mendatangkan sumber daya modal dari luar negeri melalui berbagai jenis pinjaman atau lebih sering disebut hutang luar negeri.

Dalam jangka pendek, hutang luar negeri sangat membantu pemerintah Indonesia dalam upaya menutup defisit anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN), akibat pembiayaan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan yang cukup besar. Dengan demikian, laju pertumbuhan ekonomi dapat dicapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya. Tetapi dalam jangka panjang, ternyata hutang luar negeri pemerintah tersebut dapat menimbulkan berbagai persoalan ekonomi di Indonesia.

Pada masa krisis ekonomi, hutang luar negeri Indonesia, termasuk hutang luar negeri pemerintah, telah meningkat sangat drastis dalam hitungan rupiah. Sehingga, menyebabkan pemerintah Indonesia harus menambah hutang luar negeri yang baru untuk membayar hutang luar negeri yang lama yang telah jatuh tempo. Akumulasi hutang luar negeri dan bunganya tersebut akan dibayar melalui APBN RI dengan cara mencicilnya pada tiap tahun anggaran. Hal ini menyebabkan berkurangnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat pada masa mendatang, sehingga jelas akan membebani masyarakat, khususnya para wajib pajak di Indonesia.

Sejak krisis dunia pada awal tahun 1980-an, masalah hutang luar negeri Negara-negara berkembang semakin memburuk. Negara-negara tersebut semakin terjerumus dalam krisis hutang luar negeri, walaupun ada kecenderungan bahwa telah terjadi perbaikan atau kemajuan perekonomian di Negara-negara itu. Peningkatan pendapatan per kapita atau laju pertumbuhan ekonomi yang semakin baik di Negara-negara tersebut belum berarti bahwa Negara-negara itu dapat dikategorikan menjadi golongan Negara yang maju, dalam arti struktur ekonominya telah berubah menjadi struktur ekonomi industri dan perdagangan luar negerinya sudah mantap. Sebab pada kenyataannya, besar-kecilnya jumlah hutang luar negeri yang dimiliki oleh banyak Negara yang sedang berkembang lebih disebabkan oleh adanya defisit current account, kekurangan dana investasi pembangunan yang tidak dapat ditutup dengan sumber-sumber dana di dalam negeri, angka inflasi yang tinggi, dan ketidakefisienan struktural di dalam perekonomiannya.

Suatu Negara akan dapat mengendalikan hutang luar negeriya bila memiliki struktur finansial yang kuat dan kokoh, dalam hal ini pendapatan nasional Negara tersebut mampu memikul beban langsung yang berupa pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri dan bunganya (debt service) dalam bentuk uang kepada kreditur di luar negeri, karena hutang luar negeri selalu disertai dengan kebutuhan devisa untuk melakukan pembayaran kembali. Pembayaran cicilan hutang luar negeri beserta bunganya merupakan pengeluaran devisa yang utama bagi banyak Negara-negara debitur. Dengan meningkatnya pendapatan nasional, suatu Negara dapat meningkatkan kerjasama dengan Negara lain baik itu kerjasama bilateral maupun multilateral, sehingga dapat membina hubungan yang lebih baik dengan Negara lain, dan bukan tidak mungkin akan meningkatkan derajat Negara di mata Negara lain dan dunia internasional. Namun meningkatnya pendapatan nasional Negara juga membawa dampak yang kurang baik, karena dengan meningkatnya pendapatan nasional berarti kegiatan perekonomian suatu Negara sudah dapat dikatakan berhasil, sehingga banyak Negara lain yang ikut menanamkan modal di dalam kegiatan perekonomian Negara tersebut. Dengan masuknya pihak investor asing dalam pasar internasional di suatu Negara, maka secara tidak langsung akan membawa kebudayaan baru ke dalam Negara tersebut, yang mungkin dapat menggeser kebudayaan Negara tersebut. Dampak buruk lainnya, bila dua Negara melakukan kerjasama akan terjadi kecurigaan atau ketidakpercayaan yang disebabkan oleh minimnya transaksi yang dilakukan dengan pertemuan langsung antar kedua Negara. Jadi, pendapatan nasional dapat berdampak baik maupun buruk bagi suatu Negara, khususnya dalam hubungannya dengan Negara lain (dunia internasional). Namun terlepas dari itu, suatu Negara sudah seharusnya membina hubungan baik dengan Negara lain lewat berbagai kerjasama yang mungkin dapat dilakukan di berbagai bidang seperti bidang ekonomi, sosial, politik, pendidikan, dan lainnya agar dapat meningkatkan pendapatan nasional Negara tersebut di masa yang akan datang.

  • Permintaan dan penawaran agregat
    Permintaan agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan permintaan terhadap barang-barang dan jasa sesuai dengan tingkat harga. Permintaan agregat adalah suatu daftar dari keseluruhan barang dan jasa yang akan dibeli oleh sektor-sektor ekonomi pada berbagai tingkat harga, sedangkan penawaran agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan penawaran barang-barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan dengan tingkat harga tertentu.
    Jika terjadi perubahan permintaan atau penawaran agregat, maka perubahan tersebut akan menimbulkan perubahan-perubahan pada tingkat harga, tingkat pengangguran dan tingkat kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Adanya kenaikan pada permintaan agregat cenderung mengakibatkan kenaikan tingkat harga dan output nasional (pendapatan nasional), yang selanjutnya akan mengurangi tingkat pengangguran. Penurunan pada tingkat penawaran agregat cenderung menaikkan harga, tetapi akan menurunkan output nasional (pendapatan nasional) dan menambah pengangguran.
  • Konsumsi dan tabungan
    Konsumsi adalah pengeluaran total untuk memperoleh barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), sedangkan tabungan (saving) adalah bagian dari pendapatan yang tidak dikeluarkan untuk konsumsi. Antara konsumsi, pendapatan, dan tabungan sangat erat hubungannya. Hal ini dapat kita lihat dari pendapat Keynes yang dikenal dengan psychological consumption yang membahas tingkah laku masyarakat dalam konsumsi jika dihubungkan dengan pendapatan.

tugas 4 TOU 2

Pasar adalah suatau instusi yang pada umumnya tidak berwujud secara fisik yang menemukan penjual dan pembeli suatu komoditas(barang atau jasa).
adapun jenis-jenis pasar berdasarkan transaksinya sebagai berikut:
  • Pasar komoditas
  • Pasar Faktor

Jenis pasar menurut bentuk kegiatannya. Menurut dari bentuk kegiatannya pasar dibagi menjadi 2 yaitu pasar nyata ataupun pasar tidak nyata(abstrak). Maka kita lihat penjabaran berikut ini:

  • Pasar Nyata.

Pasar nyata adalah pasar diman barang-barang yang akan diperjual belikan dan dapat dibeli oleh pembeli. Contoh pasar tradisional dan pasar swalayan.

  • Pasar Abstrak.

Pasar abstrak adalah pasar dimana para pedagangnya tidak menawar barang-barang yang akan dijual dan tidak membeli secara langsung tetapi hanya dengan menggunakan surat dagangannya saja. Contoh pasar online, pasar saham, pasar modal dan pasar valuta asing.

Jenis pasar menurut cara transaksinya. Menurut cara transaksinya, jenis pasar dibedakan menjadi pasar tradisional dan pasar modern.

  • Pasar Tradisional

Pasar tradisional adalah pasar yang bersifat tradisional dimana para penjual dan pembeli dapat mengadakan tawar menawar secar langsung. Barang-barang yang diperjual belikan adalah barang yang berupa barang kebutuhan pokok.

  • Pasar Modern

Pasar modern adalah pasar yang bersifat modern dimana barang-barang diperjual belikan dengan harga pas dan denganm layanan sendiri. Tempat berlangsungnya pasar ini adalah di mal, plaza, dan tempat-tempat modern lainnya.

Jenis – Jenis Pasar menurut jenis barangnya. Beberapa pasar hanya menjual satu jenis barang tertentu , misalnya pasar hewan,pasar sayur,pasar buah,pasar ikan dan daging serta pasar loak.

Jenis – Jenis Pasar menurut keleluasaan distribusi. Menurut keluasaan distribusinya barang yang dijual pasar dapat dibedakan menjadi:

  • Pasar Lokal
  • Pasar Daerah
  • Pasar Nasional dan
  • Pasar Internasional
Jenis – Jenis Pasar menurut strukturnya:
  • pasar persaningan sempurna
merupakan ebuah jenis pasar dengan jumlah penjual dan pembeli yang sangat banyak dan produk yang dijual bersifat homogen. Harga terbentuk melalui mekanisme pasar dan hasil interaksi antara penawaran dan permintaan sehingga penjual dan pembeli di pasar ini tidak dapat mempengaruhi harga dan hanya berperan sebagai penerima harga (price-taker). Barang dan jasa yang dijual di pasar ini bersifat homogen dan tidak dapat dibedakan. Semua produk terlihat identik. Pembeli tidak dapat membedakan apakah suatu barang berasal dari produsen A, produsen B, atau produsen C? Oleh karena itu, promosi dengan iklan tidak akan memberikan pengaruh terhadap penjualan produk.
  • pasar Monopoli
(dari bahasa Yunani: monos, satu + polein, menjual) adalah suatu bentuk pasar di mana hanya terdapat satu penjual yang menguasai pasar. Penentu harga pada pasar ini adalah seorang penjual atau sering disebut sebagai “monopolis”. Sebagai penentu harga (price-maker), seorang monopolis dapat menaikan atau mengurangi harga dengan cara menentukan jumlah barang yang akan diproduksi; semakin sedikit barang yang diproduksi, semakin mahal harga barang tersebut, begitu pula sebaliknya. Walaupun demikian, penjual juga memiliki suatu keterbatasan dalam penetapan harga. Apabila penetapan harga terlalu mahal, maka orang akan menunda pembelian atau berusaha mencari atau membuat barang subtitusi (pengganti) produk tersebut atau —lebih buruk lagi— mencarinya di pasar gelap (black market).
  • pasar Persaingan Monopoli
adalah salah satu bentuk pasar di mana terdapat banyak produsen yang menghasilkan barang serupa tetapi memiliki perbedaan dalam beberapa aspek. Penjual pada pasar monopolistik tidak terbatas, namun setiap produk yang dihasilkan pasti memiliki karakter tersendiri yang membedakannya dengan produk lainnya. Contohnya adalah : shampoo, pasta gigi, dll. Meskipun fungsi semua shampoo sama yakni untuk membersihkan rambut, tetapi setiap produk yang dihasilkan produsen yang berbeda memiliki ciri khusus, misalnya perbedaan aroma, perbedaan warna, kemasan, dan lain-lain.

Pada pasar monopolistik, produsen memiliki kemampuan untuk mempengaruhi harga walaupun pengaruhnya tidak sebesar produsen dari pasar monopoli atau oligopoli. Kemampuan ini berasal dari sifat barang yang dihasilkan. Karena perbedaan dan ciri khas dari suatu barang, konsumen tidak akan mudah berpindah ke merek lain, dan tetap memilih merek tersebut walau produsen menaikkan harga. Misalnya, pasar sepeda motor di Indonesia. Produk sepeda motor memang cenderung bersifat homogen, tetapi masing-masing memiliki ciri khusus sendiri. Sebut saja sepeda motor Honda, di mana ciri khususnya adalah irit bahan bakar. Sedangkan Yamaha memiliki keunggulan pada mesin yang stabil dan jarang rusak. Akibatnya tiap-tiap merek mempunyai pelanggan setia masing-masing.

Pada pasar persaingan monopolistik, harga bukanlah faktor yang bisa mendongkrak penjualan. Bagaimana kemampuan perusahaan menciptakan citra yang baik di dalam benak masyarakat, sehingga membuat mereka mau membeli produk tersebut meskipun dengan harga mahal akan sangat berpengaruh terhadap penjualan perusahaan. Oleh karenanya, perusahaan yang berada dalam pasar monopolistik harus aktif mempromosikan produk sekaligus menjaga citra perusahaannya.

  • pasar Oligopoli
adalah pasar di mana penawaran satu jenis barang dikuasai oleh beberapa perusahaan. Umumnya jumlah perusahaan lebih dari dua tetapi kurang dari sepuluh.

Dalam pasar oligopoli, setiap perusahaan memposisikan dirinya sebagai bagian yang terikat dengan permainan pasar, di mana keuntungan yang mereka dapatkan tergantung dari tindak-tanduk pesaing mereka. Sehingga semua usaha promosi, iklan, pengenalan produk baru, perubahan harga, dan sebagainya dilakukan dengan tujuan untuk menjauhkan konsumen dari pesaing mereka.

Praktek oligopoli umumnya dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menahan perusahaan-perusahaan potensial untuk masuk kedalam pasar, dan juga perusahaan-perusahaan melakukan oligopoli sebagai salah satu usaha untuk menikmati laba normal di bawah tingkat maksimum dengan menetapkan harga jual terbatas, sehingga menyebabkan kompetisi harga diantara pelaku usaha yang melakukan praktek oligopoli menjadi tidak ada.

Struktur pasar oligopoli umumnya terbentuk pada industri-industri yang memiliki capital intensive yang tinggi, seperti, industri semen, industri mobil, dan industri kertas.

  • pasar Input
pasar Input atau Pasar ologopsoni adalah bentuk pasar dimana barang yang dihasilkan oleh beberapa perusahaan dan banyak perusahaan yang bertindak sebagai konsumen. Contoh Telkom, indosat, Mobile-8, excelcomindo adalah beberapa perusahaan pembeli infrastruktur telekomunikasi seluler.

Menurut waktu terjadinya pasar dibedakan menjadi pasar harian, pasar mingguan, pasar bulanan, pasar tahunan, dan pasar temporer.

  1. Pasar Harian merupakan pasar yang melakukan aktivitas setiap hari. Misalnya pasar pagi, toserba, dan warung-warung
  2. Pasar mingguan merupakan pasar yang melakukan aktivitas setiap satu minggu sekali. Misalnya pasar senin atau pasar minggu yang ada di daerah pedesaan
  3. Pasar bulanan merupakan pasar yang melakukan aktivitas setiap satu bulan sekali. Dalam aktivitasnya bisa satu hari atau lebih. Misalnya, pasar yang biasa terjadi di depan kantor-kantor tempat pensiunan atau purnawirawan yang mengambil uang tunjangan pensiunannya tiap awal bulan.
  4. Pasar tahunan merupakan pasar yang melakukan aktivitas setiap satu tahun sekali. Kejadian pasar ini biasanya lebih dari satu hari, bahkan bisa mencapai lebih dari satu bulan. Misalnya Pekan Raya Jakarta, pasar malam, dan pameran pembangunan.
  5. Pasar temporer merupakan pasar yang dapat terjadi sewaktu-waktu dalam waktu yang tidak tentu (tidak rutin) pasar ini biasanya terjadi pada peristiwa tertentu. Misalnya pasar murah, bazar, dan pasar karena ada perayaan kemerdekaan RI.
Metode Perhitungan Pendapatan Nasional
    1. Metode Produksi

Pendapatan nasional merupakan penjumlahan dari seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sector ekonomi masyarakat dalam periode tertentu

Y = [(Q1 X P1) + (Q2 X P2) + (Qn X Pn) ……]

b. Metode Pendapatan

Pendapatan nasional merupakan hasil penjumlahan dari seluruh penerimaan (rent, wage, interest, profit) yang diterima oleh pemilik factor produksi adalam suatu negara selama satu periode.

Y = r + w + i + p

c. Metode Pengeluaran

Pendapatan nasional merupakan penjumlahan dari seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh seluruh rumah tangga ekonomi (RTK,RTP,RTG,RT Luar Negeri) dalam suatu Negara selama satu tahun.

Y = C + I + G + (X – M)


masalah perhitungan PDB(Produk Domestik Bruto)

PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). PDB berbeda dari produk nasional bruto karena memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar negeri yang bekerja di negara tersebut. Sehingga PDB hanya menghitung total produksi dari suatu negara tanpa memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak. Sebaliknya, PNB memperhatikan asal usul faktor produksi yang digunakan.

PDB Nominal merujuk kepada nilai PDB tanpa memperhatikan pengaruh harga. Sedangkan PDB riil mengoreksi angka PDB nominal dengan memasukkan pengaruh dari harga.

PDB dapat dihitung dengan memakai dua pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan. Rumus umum untuk PDB dengan pendekatan pengeluaran adalah:

PDB = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + (ekspor - impor)

Di mana konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, investasi oleh sektor usaha, pengeluaran pemerintah oleh pemerintah, dan ekspor dan impor melibatkan sektor luar negeri.

Sementara pendekatan pendapatan menghitung pendapatan yang diterima faktor produksi:

PDB = sewa + upah + bunga + laba

Di mana sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha.

Secara teori, PDB dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus menghasilkan angka yang sama. Namun karena dalam praktek menghitung PDB dengan pendekatan pendapatan sulit dilakukan, maka yang sering digunakan adalah dengan pendekatan pengeluaran.



sumber:
sugiarto dkk, Ekonomi Mikro sebuah kajian komprehensif,PT.Gramedia Pustaka,jakarta.
http://malikmakassar.wordpress.com/2008/11/21/jenis-jenis-pasar/
http://syadiashare.com/jenis-jenis-pasar.html
http://yuskos.wordpress.com/materi-kls-x/metode-perhitungan-pendapatan-nasional/
http://id.wikipedia.org/wiki/Produk_domestik_bruto



tugas 3 TOU 2

Pengertian Produsen

Produsen adalah sekelompok orang atau badan usaha yang menyelenggarakan kegiatan usaha (dalam hal ini menghasilkan barang/produk) dalam berbagai bidang ekonomi. Produsen berperan dalam kegiatan menghasilkan barang/produk, ditinjau dari perannya ini, produsen dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu :

1) Produsen sebagai pihak yang melakukan kegiatan produksi, dalam hal ini produsen berperan mengolah bahan mentah atau setengah jadi menjadi barang yang bernilai ekonomi.

Contoh : Perusahaan manufaktur, perusahaan tekstil/pakaian, perusahaan mebel, pengusaha kuliner dan lain-lain.

2) Produsen sebagai pihak yang menghasilkan komoditas ekonomi secara langsung, dalam hal ini produsen dapat langsung menjual produknya tanpa harus melakukan proses pengolahan.

http://panduzone.blogspot.com/2011/04/dampak-kenaikan-harga-bagi-produsen.html


fungsi-fungsi produksi:

Fungsi produksi adalah suatu bagian fungsi yang ada pada perusahaan yang bertugas untuk mengatur kegiatan-kegiatan yang diperlukan bagi terselenggaranya proses produksi. Dengan mengatur kegiatan itu maka diharapkan proses produksi akan berjalan lancar dan hasil produksi pun akan bermutu tinggi sehingga dapat diterima oleh masyarakat pemakainya. Bagian produksi dalam menjalankan tugasnya tidaklah sendirian akan tetapi bersama-sama dengan bagian-bagian lain seperti bagian pemasaran, bagian keuangan serta bagian akuntansi. Oleh karena itu haruslah diadakan koordinasi kerja agar semua bagian dapat berjalan seiring dan seirama dan dapat dihindarkan benturan – benturan kepentingan antar bagian dalam perusahaan.

http://cassonsmart.blogspot.com/2010/03/fungsi-produksi.html

macam-macam biaya (cost)
Biaya Pabrikasi :
-Biaya Langsung : Biaya yang langsung dalam proses produksi suatu barang, bahan baku, dll.
-Biaya Tidak Langsung : Biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi
Biaya Non-pabrikasi :
-Biaya Pemasaran yaitu biaya yang diperlukan untuk memperoleh pesanan dan menyediakan produk bagi pelanggan
-Biaya Administrasi yaitu biaya yang dibutuhkan untuk mengelola organisasi dan menyediakan dukungan bagi karyawan
Departemen :
-Common Cost (Biaya bersama) yaitu biaya yang berasal dari penggunaan fasilitas atau jasa oleh dua departemen atau lebih.
-Joint Cost (Biaya Gabungan) yaitu biaya yang terjadi dalam proses produksi yang menghasilkan dua atau lebih produk jadi.
Periode Akuntansi :
-Capital Expenditure (Belanja Modal) yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
-Revenue Expenditure (Pengeluaran Pendapatan) yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh manfaat pada periode akuntansi yang sama dan dicatat sebagai beban.
Volume Produksi :
-Biaya Tetap (FC) : Biaya yang tidak bertambah seiring dengan pertambahan produksi.
-Biaya Variabel (VC) : Biaya yang bertambah seiring dengan pertambahan produksi.
a)Total Biaya (TC) keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi sampai terciptanya barang.
Rumus : TC = TFC + TVC
b)Biaya Perunit (AC) : Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi 1 unit barang jadi.
Rumus : AC = TC / Q
Q ialah Produk.
c)Biaya Marginal (MC) : Tambahan biaya karena menambah 1 unit barang yang diproduksi
Biaya Eksplisit : Biaya yang kelihatan dalam proses produksi
Biaya Implisit : Biaya yang tidak kelihatan dalam proses produksi namun sebenarnya ada dan dikeluarkan



catatan:

Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi.


http://www.narenciel.co.cc/2010/05/macam-macam-biaya-cost-dan-pendapatan.html

Kamis, 07 April 2011

kenaikan harga

DAMPAK KENAIKAN HARGA BAGI SEMUA KALANGAN




DAMPAK KENAIKAN HARGA BAGI PRODUSEN

Kenaikan harga merupakan suatu masalah klasik yang hampir selalu terjadi di dalam dunia ekonomi, dan sudah pasti kenaikan harga ini akan memberikan dampak terhadap semua elemen yang terlibat dalam kegiatan ekonomi, terutama produsen. Sebelum mengupas dampak kenaikan harga terhadap produsen, sebaiknya kita harus mengetahui definisi atau pengertian dari produsen.
sumber:
http://panduzone.blogspot.com/2011/04/dampak-kenaikan-harga-bagi-produsen.html



DAMPAK KENAIKAN HARGA BAGI PEMERINTAH

Masalah yang terus mendapat perhatian dari pemerintah adalah masalah inflasi.
Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang dengan pesat.
Awalnya Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan pendapatan tinggi yang selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa.Pengeluaran ini dapat menimbulkan inflasi.
Ada kalanya tingkat inflasi meningkat tiba-tiba atau wujud akibat suatu peristiwa tertentu yang berlaku di luar ekspentasi pemerintah . misalnya efek dari pengurangan nilai uang yang sangat besar atau ketidakstabilan politik.Menghadapi masalah inflasi yang bertambah cepat ini pemerintah akan menyusun langkah-langkah yang bertujuan untuk mengatasi masalah inflasi yang bertambah cepat tingkatnya.Contohnya seperti pemerintah terpaksa mencetak uang atau meminjam dari bank sentral.
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

http://nurhanifah-hani.blogspot.com/2011/03/dampak-kenaikan-harga-bagi-pemerintah.html

DAMPAK KENAIKAN HARGA BAGI KONSUMEN
dampak kenaikan harga bagi konsumen akan berakibat menyengsarakan rakyat. dan dapat menimbulkan penyakit yaitu gisi buruk.

upah minimum regional

Berikut Informasi Upah Minimum Regional (UMR) atau Upah Minimum Kabupaten (UMK) yang telah dikeluarkan masing-masing Regional atau Kabupaten yang bersangkutan.

Propinsi Kabupaten Sektor 2010 2011 2012
Bali Non Kabupaten Non Sektor 829316 890000 0
Bali Kabupaten Badung Non Sektor 1110000 1221000 0
Bali Kabupaten Bangli Non Sektor 829500 893000 0
Bali Kabupaten Buleleng Non Sektor 830000 895000 0
Bali Kabupaten Gianyar Non Sektor 925000 1003625 0
Bali Kabupaten Jembrana Non Sektor 875000 927500 0
Bali Kabupaten Karangasem Non Sektor 875000 953750 0
Bali Kabupaten Klungkung Non Sektor 835800 927000 0
Bali Kabupaten Tabanan Non Sektor 854500 910000 0
Bali Kota Denpasar Non Sektor 1100000 1191500 0
Bangka Belitung Non Kabupaten Non Sektor 910000 1024000 0
Banten Non Kabupaten Non Sektor 955300 1000000 0
Banten Kabupaten Lebak Non Sektor 959500 0 0
Banten Kabupaten Pandeglang Non Sektor 964500 0 0
Banten Kabupaten Tangerang Non Sektor 1117245 1243000 0
Banten Kota Cilegon Non Sektor 0 0 0
Banten Kota Tangerang Non Sektor 0 0 0
Banten Kota Serang Non Sektor 1050000 0 0
Bengkulu Non Kabupaten Non Sektor 0 815000 0
DI Yogyakarta Non Kabupaten Non Sektor 745694 808000 0
DKI Jakarta Non Kabupaten Non Sektor 1118009 1290000 0
Gorontalo Non Kabupaten Non Sektor 710000 762500 0
Jambi Non Kabupaten Non Sektor 900000 0 0
Jawa Barat Non Kabupaten Non Sektor 0 0 0
Jawa Barat Kabupaten Cirebon Non Sektor 825000 0 0
Jawa Barat Kabupaten Garut Non Sektor 735000 0 0
Jawa Barat Kabupaten Indramayu Non Sektor 854145 0 0
Jawa Barat Kabupaten Karawang Non Sektor 1111000 0 0
Jawa Barat Kabupaten Karawang Tekstil / Garmen 1117500 0 0
Jawa Barat Kabupaten Karawang Lain – Lain 1136778 0 0
Jawa Barat Kabupaten Kuningan Non Sektor 700000 0 0
Jawa Barat Kabupaten Majalengka Non Sektor 720000 0 0
Jawa Barat Kabupaten Majalengka Tekstil / Garmen 790000 0 0
Jawa Barat Kabupaten Majalengka Lain – Lain 860000 0 0
Jawa Barat Kabupaten Majalengka Perdagangan / Jasa 835000 0 0
Jawa Barat Kabupaten Purwakarta Non Sektor 890000 0 0
Jawa Barat Kabupaten Purwakarta Tekstil / Garmen 1015000 0 0
Jawa Barat Kabupaten Purwakarta Lain – Lain 1015000 0 0
Jawa Barat Kabupaten Subang Non Sektor 746400 0 0
Jawa Barat Kabupaten Subang Manufaktur 941400 0 0
Jawa Barat Kabupaten Sukabumi Non Sektor 671500 0 0
Jawa Barat Kabupaten Sukabumi Tekstil / Garmen 0 0 0
Jawa Barat Kabupaten Sumedang Non Sektor 1058978 0 0
Jawa Barat Kabupaten Tasikmalaya Non Sektor 775000 0 0
Jawa Barat Kota Bandung Non Sektor 1118000 1188435 0
Jawa Barat Kota Banjar Non Sektor 689800 0 0
Jawa Barat Kota Bekasi Non Sektor 1155000 0 0
Jawa Barat Kota Bekasi Tekstil / Garmen 1257000 0 0
Jawa Barat Kota Bekasi Otomotif 1300000 0 0
Jawa Barat Kota Bogor Non Sektor 971200 0 0
Jawa Barat Kota Cimahi Non Sektor 1107304 0 0
Jawa Barat Kota Cirebon Non Sektor 840000 0 0
Jawa Barat Kota Depok Non Sektor 1157000 0 0
Jawa Barat Kota Sukabumi Non Sektor 850000 0 0
Jawa Barat Kota Tasikmalaya Non Sektor 780000 0 0
Jawa Barat Kabupaten Bandung Non Sektor 1060500 0 0
Jawa Barat Kabupaten Bandung Barat Non Sektor 1105225 0 0
Jawa Barat Kabupaten Bekasi Non Sektor 1168974 0 0
Jawa Barat Kabupaten Bogor Non Sektor 1056914 0 0
Jawa Barat Kabupaten Ciamis Non Sektor 699815 0 0
Jawa Barat Kabupaten Cianjur Non Sektor 743500 0 0
Jawa Tengah Non Kabupaten Non Sektor 0 0 0
Jawa Tengah Kabupaten Banjarnegara Non Sektor 662000 730000 0
Jawa Tengah Kabupaten Jepara Non Sektor 702000 735000 0
Jawa Tengah Kabupaten Karanganyar Non Sektor 761000 801500 0
Jawa Tengah Kabupaten Kebumen Non Sektor 700000 727500 0
Jawa Tengah Kabupaten Kendal Non Sektor 780000 843750 0
Jawa Tengah Kabupaten Klaten Non Sektor 735000 766022 0
Jawa Tengah Kabupaten Kudus Non Sektor 775000 840000 0
Jawa Tengah Kabupaten Magelang Non Sektor 752000 795000 0
Jawa Tengah Kabupaten Pati Non Sektor 733000 769550 0
Jawa Tengah Kabupaten Pekalongan Non Sektor 760000 810000 0
Jawa Tengah Kabupaten Pemalang Non Sektor 675000 725000 0
Jawa Tengah Kabupaten Banyumas Non Sektor 670000 750000 0
Jawa Tengah Kabupaten Purbalingga Non Sektor 695000 765000 0
Jawa Tengah Kabupaten Purworejo Non Sektor 719000 755000 0
Jawa Tengah Kabupaten Rembang Non Sektor 702000 757600 0
Jawa Tengah Kabupaten Semarang Non Sektor 824000 880000 0
Jawa Tengah Kabupaten Sragen Non Sektor 724000 760000 0
Jawa Tengah Kabupaten Sukoharjo Non Sektor 769500 790500 0
Jawa Tengah Kabupaten Tegal Non Sektor 687500 725000 0
Jawa Tengah Kabupaten Temanggung Non Sektor 709500 779000 0
Jawa Tengah Kabupaten Wonogiri Non Sektor 695000 730000 0
Jawa Tengah Kabupaten Wonosobo Non Sektor 715000 775000 0
Jawa Tengah Kabupaten Batang Non Sektor 745000 805000 0
Jawa Tengah Kota Magelang Non Sektor 745000 795000 0
Jawa Tengah Kota Surakarta Non Sektor 785000 826252 0
Jawa Tengah Kota Salatiga Non Sektor 803185 843469 0
Jawa Tengah Kota Semarang Non Sektor 939756 961323 0
Jawa Tengah Kota Pekalongan Non Sektor 760000 810000 0
Jawa Tengah Kota Tegal Non Sektor 700000 735000 0
Jawa Tengah Kabupaten Blora Non Sektor 742000 816200 0
Jawa Tengah Kabupaten Boyolali Non Sektor 748000 800500 0
Jawa Tengah Kabupaten Brebes Non Sektor 681000 717000 0
Jawa Tengah Kabupaten Cilacap Non Sektor 760000 790000 0
Jawa Tengah Kabupaten Demak Non Sektor 813400 847987 0
Jawa Tengah Kabupaten Grobogan Non Sektor 687500 735000 0
Jawa Timur Kabupaten Bangkalan Non Sektor 775000 0 0
Jawa Timur Kabupaten Banyuwangi Non Sektor 824000 0 0
Jawa Timur Kabupaten Blitar Non Sektor 830000 0 0
Jawa Timur Kabupaten Bojonegoro Non Sektor 825000 870000 0
Jawa Timur Kabupaten Gresik Non Sektor 1010400 0 0
Jawa Timur Kabupaten Gresik Perdagangan / Jasa 0 0 0
Jawa Timur Kabupaten Jember Non Sektor 830000 875000 0
Jawa Timur Kabupaten Jombang Non Sektor 790000 0 0
Jawa Timur Kabupaten Kediri Non Sektor 871000 935500 0
Jawa Timur Kabupaten Lamongan Non Sektor 875000 900000 0
Jawa Timur Kabupaten Lumajang Non Sektor 688000 0 0
Jawa Timur Kabupaten Madiun Non Sektor 685000 0 0
Jawa Timur Kabupaten Magetan Non Sektor 650000 0 0
Jawa Timur Kabupaten Malang Non Sektor 1000005 1077600 0
Jawa Timur Kabupaten Mojokerto Non Sektor 1009150 1105000 0
Jawa Timur Kabupaten Mojokerto Lain – Lain 0 0 0
Jawa Timur Kabupaten Nganjuk Non Sektor 650000 0 0
Jawa Timur Kabupaten Ngawi Non Sektor 665000 0 0
Jawa Timur Kabupaten Pacitan Non Sektor 630000 0 0
Jawa Timur Kabupaten Pamekasan Non Sektor 900000 925000 0
Jawa Timur Kabupaten Pasuruan Non Sektor 1005000 1107000 0
Jawa Timur Kabupaten Probolinggo Non Sektor 744000 0 0
Jawa Timur Kabupaten Sampang Non Sektor 690000 0 0
Jawa Timur Kabupaten Sidoarjo Non Sektor 1005000 1107000 0
Jawa Timur Kabupaten Sumenep Non Sektor 730000 0 0
Jawa Timur Kabupaten Tuban Non Sektor 870000 935000 0
Jawa Timur Kota Batu Non Sektor 989000 1105000 0
Jawa Timur Kota Blitar Non Sektor 663000 0 0
Jawa Timur Kota Kediri Non Sektor 906000 975000 0
Jawa Timur Kota Madiun Non Sektor 685000 0 0
Jawa Timur Kota Malang Non Sektor 1006263 1079887 0
Jawa Timur Kota Mojokerto Non Sektor 805000 0 0
Jawa Timur Kota Pasuruan Non Sektor 865000 926000 0
Jawa Timur Kota Probolinggo Non Sektor 741000 0 0
Jawa Timur Kota Surabaya Non Sektor 1031500 1115000 0
Kalimantan Barat Non Kabupaten Non Sektor 1024500 802500 0
Kalimantan Selatan Non Kabupaten Non Sektor 1024500 1126000 0
Kalimantan Selatan Non Kabupaten Pertambangan 1080000 0 0
Kalimantan Selatan Non Kabupaten Makanan / Minuman 1065000 0 0
Kalimantan Selatan Non Kabupaten Keuangan / Asuransi 1357000 0 0
Kalimantan Selatan Non Kabupaten Perdagangan / Jasa 1185000 0 0
Kalimantan Tengah Non Kabupaten Non Sektor 986590 1134580 0
Kalimantan Tengah Non Kabupaten Pertambangan 1085250 0 0
Kalimantan Timur Non Kabupaten Non Sektor 1002000 0 0
Kepulauan Riau Non Kabupaten Non Sektor 925000 975000 0
Kepulauan Riau Kota Batam Non Sektor 1110000 0 0
Lampung Non Kabupaten Non Sektor 767500 0 0
Lampung Kabupaten Tulang Bawang Non Sektor 776500 0 0
Lampung Kota Bandar Lampung Makanan / Minuman 776500 0 0
Maluku Non Kabupaten Non Sektor 840000 900000 0
Maluku Non Kabupaten Pertambangan 1225000 0 0
Maluku Non Kabupaten Makanan / Minuman 915000 0 0
Maluku Non Kabupaten Perminyakan 1310000 0 0
Maluku Non Kabupaten Perdagangan / Jasa 890000 0 0
Maluku Kabupaten Buru Perdagangan / Jasa 0 1065000 0
Maluku Utara Non Kabupaten Non Sektor 0 0 0
Nangroe Aceh Darussalam Non Kabupaten Non Sektor 1300000 0 0
Nangroe Aceh Darussalam Kota Banda Aceh Otomotif 0 0 0
Nusa Tenggara Barat Non Kabupaten Non Sektor 730000 0 0
Nusa Tenggara Timur Non Kabupaten Non Sektor 800000 850000 0
Papua Non Kabupaten Non Sektor 1210000 0 0
Papua Non Kabupaten Pertambangan 1328000 0 0
Papua Non Kabupaten Perminyakan 1328000 0 0
Papua Non Kabupaten Properti / Real Estat 1328000 0 0
Riau Non Kabupaten Non Sektor 1016000 1120000 0
Sulawesi Barat Non Kabupaten Non Sektor 0 0 0
Sulawesi Selatan Non Kabupaten Non Sektor 1000000 1100000 0
Sulawesi Tengah Non Kabupaten Non Sektor 777500 827500 0
Sulawesi Tengah Kota Palu Non Sektor 785.000 0 0
Sulawesi Tenggara Non Kabupaten Non Sektor 0 930000 0
Sulawesi Tenggara Non Kabupaten Pertambangan 900000 0 0
Sulawesi Tenggara Kota Kendari Non Sektor 0 970000 0
Sulawesi Tenggara Kota Kendari Lain – Lain 1100000 0 0
Sulawesi Utara Non Kabupaten Non Sektor 0 0 0
Sumatera Barat Non Kabupaten Non Sektor 0 1055000 0
Sumatera Selatan Non Kabupaten Non Sektor 927825 0 0
Sumatera Selatan Non Kabupaten Pertambangan 974216 0 0
Sumatera Selatan Non Kabupaten Perdagangan / Jasa 974216 0 0
Sumatera Utara Non Kabupaten Non Sektor 965000 1035500 0

Sumber: hrcentro.com