Sabtu, 02 Oktober 2010

Kepemimpinan

1. KEPEMIMPINAN

Perkembangan teori kepemimpinan:

a. Teori Sifat Kepemimpinan

Dimulai dengan memusatkan pada pemimpin itu sendiri, kepemimpinan berhubungan dengan kualitas individu bukan fungsi situasi teknologi atau masyarakat. Keith Davis membagi empat cirri utama kesuksesan seorang pemimpin:

Kecerdasan

Kedewasaan social dan hubungan social luas

Motivasi diri dan dorongan berprestasi

Sikap-sikap hubungan manusiawi

b. Teori Kelompok

Dikembangkan atas dasar ilmu psikologi social, teori ini berpendapat untuk mencapai tujuan harus ada pertukaran positif antara atasan dan bawahan.

c. Teori Situasional

Pendekatan kedua teori diatas kurang menyeluruh oleh sebab itu teori dialihkan pada aspek situasional kepemimpinan. Fred Fiedleer mengajukan sebuah model dasar situasional dikenal dengan “Contingency model of leadership effectiveness”. Menggambarkan situasi yang menguntungkan dengan tiga dimensi empiric:

Hubungan pimpinan anggota

Tingkat dan Struktur tugas

Posisi kekuasaan

d. Teori Path-Goal

Teori ini menganalisa pengaruh kepemimpinan terutama perilaku terhadap motivasi bawahan, kepuasaan dan pelaksanaan kerja. Empat tipe gaya perilaku pemimpin menurut teori ini:

Kepemimpinan Direktif

Kepemimpinan Suportif

Kepemimpinan Partisipatif

Kepemimpinan Orenteasi prestasi

Gaya kepemimpinan adalah suatu cara pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya. Ada 3 macam gaya kepemimpinan yang berbeda:

a. Otokrasi,mempunyai ciri-ciri:

· Kebijjaksanaan dilakukan oleh pemimpin

· Teknik dan langkah di dikte oleh atasan

· Pemimpin biasanya mendikte tugas setiap anggotanya.

· Pemimpin cenderung menjadi pribaddi dalam pujian dan kecamannya terhadap setiap anggota

b. Demokratis, mempunyai ciri-ciri:

· Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan dorongan dan bantuan dari pimpinan.

· Kegiatan-kegiatan didiskusikan langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat, dan bila dibutuhkan untuk petunjuk-petunjuk teknis pemimpin mengarahkan dua atau alternative prosedur yang dapat dipilih.

· Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok

· Pemimpin adalah obyektif atau “fact minded”.

c. Laissez Faire, mempunyai cirri-ciri:

· Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dengan partisipasi minimal dari pimpinan.

· Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pimpinan yang membuat orang selalu siap bila dia akan memberikan informasi pada saat ditanya.

· Sama sekali tidak ada partisipasi dari pimpinan dalam penentuan tugas

· Kadang-kadang memberi komentar spontan terhadap kegiatan anggota.

William J. Redden adalah seorang professor dan konsultan Canada membagi dua gaya kepemimpinan. Masing-masing adalah:

a. Gaya-gaya Efektif:

· Eksekutif

· Pembangun

· Otokrat penuh kebajikan

· Birokrat

b. Gaya-gaya tidak efektif

· Kompromis

· Misioner

· Otokrat

· Pelarian

Rensis Likert dengan melibatkan kaum Michigan membagi empat system atau gaya dasar kepemimpinan organisasional:

a. Otokrat Eksploratif

Manajer mengambil semua keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan dan memerintahkan serta mengekplorasi bawahan dalam pelaksanaan

b. Otokrat penuh kebajikan

Manajer tetap menentukan perintah-perintah kerja tapi bawahan diberi keleluasaan dalam pelaksanaan

c. Partisipatif

Manajer menggunakan gaya konsultatif yaitu meminta masukan dari bawahan tapi tetap menahan hak untuk membuat keputusan.

d. Demokratik

Manajer memberikan berbagi pengarahan pada bawahan tapi juga memberikan partisipasi total dan keputusan dibuat bersama-sama dengan keputusan suara mayoritas.

TIPS bagi untuk seorang pemimpin yang ingin sukses:
sumber : rajawana-Kepemimpinan efsien dan efektif.

KNOWLEDGE/PENGETAHUAN

Seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan yang baik tentang kepemimpinan dan ilmu tentang ruang lingkup kerja profesinya yang terdiri dari pengetahuan kognitif maupun skill/keterampilan. Seorang pemimpin akan dihadapkan pada situasi tertentu dimana dia harus mengambil keputusan yang tepat dalam menyelasaikan masalah. Dasar untuk pengambilan keputusan yang tepat adalah pengetahuan dan kemampuan berpikir kritis yang dimiliki.

Oleh karena itu untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif yang mampumengambil keputusan yang tepat dalam suatu situasi tertentu maka haus memiliki pengetahuan tentang :

a. Leadirship/kepemimpinan

Seorang pemimpin harus mengetahui tentang konsep kebutuhan dasar manusia, teori motivasi, teori bekerja dalam kelompok dan ilmu perilaku. Dengan pengetahuan tersebut maka ia akan lebih bisa memahami karakter anak buah/bawahannya dan hal ini bisa membantu leader dalam menentukan tindakan apa yang harus dilakukan pada bawahan agar dapat mempengaruhi motivasi dan perilakunya agar dapa bekerja sama dalam mencapai tujuan.

Seorang pemimpin juga harus mengetahui gaya-gaya kepemimpinan yang sesuai untuk situasi-situasi tertentu sehingga dapat mengambil sikap yang tepat dalam situasi tertentu. Leader juga harus memiliki visi yang jelas dan harus mensosialissikan dan mengkomunikasikan visi tersebut kepada bawahan sehingga bawahan bekerja bukan karena terpaksa tapi karena mereka juga menginginkan hal tersebut.

Beberapa orang memang terlahir dengan bakat dan karakter seorang pemimpin tapi sifat dan karakter kepemimpinan bisa dipelajari dan dilatih agar dapat menjadi pemimpin yang efekif dan efisien.

b. Pengetahuan tentang lingkup profesi

Seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan yang baik tentang lingkup kerja profesinya baik pengetahuan kognitif maupun skill atau keterampilan sehingga dia bisa menjadi role model dan panutan bagi bawahan, dapa menambah dn memberikan energi positif pada bawahan dalam melaksanakan tugas.

c. Critical thinking/berpikir kritis

Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan berpikir kritis dalam hal pengambilan keputusan yang tepat untuk kepentingan klien maupun dalam memberikan arahan kepada bawahan. Hasil dari berpikir kritis akan ditemukan metoda baru yang lebih efekif sehingga bawahan bekerja bkan hanya sekedar mlakukan hal yang telah menjadi rutinitas tapi bisa mencoba hal baru yang lebih positif.

SELF AWARENESS/KESADARAN DIRI

Pemimpin yang baik harus mengenal dirinya dengan baik, diawali dengan mengevaluasi kekurangan dan kelebihan yang dimiliki sehingga kekurangan tersebut dapat ditingkatkan. Perlu juga evaluasi tentang perasaan dan situasi yang berhubungan serta mekanisme koping yang dilakukan. Identifikasi koping yang dilakukan serta perbaiki koping yang destruktif atau maladaptive kearah koping yang konstruktif atau tidak merugikan dan menyakiti diri sendiri dan orang lain.

Dengan kesadaran diri yang baik kita akan menyadari bahwa tak ada manusia yang sempurna, setiap orang berhak untuk mengalami dan mengekspresikan rasa senang, sedih, kecewa, bahagia, cemas dn sebagainya. Seorang pemimpin yang baik harus bisa mengenali tanda-tanda ini pada bawahannya dan selalu berusaha belajar cara mengahadapi kondisi yang ada dengan cara yang baik.

Kesadaran diri yang baik akan membangun rasa empati yang akan membentuk rasa kedekatan, kepercayaan dengan bawahan sehingga akan membangun suasana kerja yang harmonis, saling menghargai dengan bawahan sehingga memudahkan dalam kerja sama dalam mencapai tujuan. Seorang pemimpin yang baik tidak ragu untuk meminta evaluasi dari bawahan tentang gaya kepemmpinannya dan begitu pula sebaliknya. Masukan-masukan tersebut dijadikan motivasi untuk merubah diri kearah yang lebih baik.

KOMUNIKASI

Komunikasi adalah jantungnya kepemimpinan. Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik terhadap teman maupun bawahan karena komunikasi yang baik adalah merupakan satu strategi dalam mempengaruhi orang lain.

Teknik komunikasi yang harus dimilki diantaranya :

a. Mendengar aktif (active listening)

Pemimpin yang baik akan memahami bahwa mendengarkan bawahan akan membuat mereka merasa dihargai dan merupakan sarana untuk mendapatkan feed back dari mereka. Lakukan klarifikasi dengan pertanyaan yang tepat dan tidak menyakiti untuk mendapatkan infomasi yang akurat dalam mengambil keputusan. Mendengar aktif akan membuat bawahan dapat mengungkapkan perasaan sehingga kebutuhan psikologisnya dapat terpenuhi dan sekaligus mengurangi rasa cemas yang dirasakannya.

b. Menyusun arah/arus informasi

Pemimpin harus membentuk alur komunikasi yang efektif sehingga dapat menghindari terjadinya miskomunikasi yang baik antara leader dengan bawahan, bawahan dengan rekan kerja maupun dengan pasien. Oleh karena itu pemimpin yang baik harus membangun suasana atau alur komunikasi yang baik pada saat bertemu maupun tidak bertatap muka.

c. Asertif

Pemimpin yang baik harus mempunyai sifat asertif terhadap bawahan. Leader harus menyediakan waktu untuk menerima masukan baik dari pasien maupun dari bawahan dan begitu pula sebaliknya. Masukan disampaikan dengan cara yang membangun, jelas, konstruktif dan tidak menyakiti.

Seorang pemimpin yang baik apabila menemukan kesalahan yang dilakukan oleh bawahan tidak mengeluarkan kata-kata yang membuat bawahan tersebut merasa sangat bersalah dan menyakiti hatinya. Feedback yang baik adalah memberikan kata yang bijak tanpa menyakiti diikuti dengan pemberian informasi tentang apa yang seharusnya dilakukan

d. Saling memberi umpan balik

Anggota tim atau bawahan membutuhkan evaluasi atau feedback seperti halnya pemimpin. Feedback berfungsi untuk meningkatkan self awareness/kesadaran diri mencegah asumsi negatif terhadap perilaku seseorang dan untuk menjadi petunjuk dan motivasi dalam proses perubahan kearah yang lebih baik.

e. Linking dan networking

Seorang pemimpin harus memiliki jalur dan akses yang jelas dan mudah baik dalam memperoleh informasi terbaru maupun dalam melakukan komunikasi dengan profesi atau instansi lain yang dapat dijadikan tim dalam bekerjasama dalam menyelesikan suatu masalah yang ada. Pemimpin harus mempunyai pergaulan yang luas dengan profesi lain sehingga memudahkan dalam menjalin kerjasama

f. Mengkomunikasikan visi

Seorang pemimpin harus mempunyai visi yang jelas dan harus mengkomnikasikan dengan baik kepada bawahannya. Kemampuan mengkomunikasikan visi dengan baik akan dapat membangun motivasi, kerjasama dan memberikan energi yang baik bagi bawahan dalam bekerja ntuk mencapai tujuan. Visi yang jelas dan menarik akan membuat bawahan termotivasi untuk bekerja bukan karena keterpaksaan tapi karena merteka juga menginginkan hal itu.

ENERGI

Seorang pemimpin harus terus menerus tampil dengan energi yang baik dalam penampilan dan pekerjaannya. Untuk memiliki energi yang baik dan semangat yang baik maka seorang pemimpin harus memiliki rasa percaya diri dan memiliki hidup yang seimbang sehingga energi dapat terus menerus terjaga.

Energi atau semangat yang dimiliki oleh seseorang akan dapat ditularkan keorang lain. Seperti halnya kita bisa sedih dengan kesedihan orang lain, kita bisa bahagian dengan kebahagiaan orang lain dan kita juga bisa semangan dan penuh energi karena teman dilingkungan kita juga penuh semangat.

Pemimpin yang selalu terlihat semangat dalam penampilan dan bekerja akan memotivasi bawahan untuk meningkatkan motivasi dan produktivitas kerjanya. Energi yang dimiliki seorang pemimpin akan mempengaruhi respon bawahan terhadap dirinya maupun terhadap pekerjaan yang dilakukan.

GOALS/TUJUAN

Tujuan adalah apa yang akan diralisasikan atau arah yang akan dicapai, alasan seseorang dan merupakan motivasi untuk berbuat sesuatu/ melakukan pekejaan tertentu. Seorang pemimpin harus mempunyai tujuan yang jelas yang meliputi Apa. Siapa, Kenapa dan Bagaimana. Tujuan ini kemudian harus dikomunikasikan dengan bawahan agar mereka bisa menerima, memahami dan menyetujui tujuan tersebut sehingga dapat didiskusikan bersama cara pencapaiannya.

ACTION/TINDAKAN

Seorang pemimpin yang baik adalah pandai dalam mengambil keputusan yang tepat dan berorientasi pada tindakan/action. Untuk dapat mengambil keputusan dan bertindak dengan baik maka seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan, kesadaran diri, kemampuan berkomunikasi dengan baik, energi, dan tujuan yang jelas. Seorang pemimpin harus menjadi role model yang baik dalam cara kepemimpinannya, dalam pelaksanaan tugas maupun dalam membangun kerja sama dan bekerja sama dengan orang lain termasuk dengan bawahannya.

Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan dan keterampilan profesionalisme yang tinggi yang dikarakteristikkan dengan pengetahuan dan keterampilan yang baik. Mempunyai kemampuan perencanaan yang baik, koordinasi, evaluasi dan organisasi bawahan dengan baik sekaligus juga sebagai support sistem dan role model yang baik bagi bawahannya.

Seorang pemimpin harus selalu penuh semangat dan memiliki energi yang besar sehingga dapat mempengaruhi bawahan untuk meningkatkan produktivitas dalam bekerja. Pemimpin yang baik selalu penuh inisiatif dan berani mengambil resiko dalam menerapkan hal baru yang berguna dalam mempermudah dan mempercepat proses pencapaian tujuan dan berani menghadapi pihak lain yang tidak sejalan dengannya dan teguh memperjuangkan kebenaran yang diyakininya.

Dari keenam komponen yang harus dimiliki seorang pemimpin yang efektif diatas kemudian disempurnakan oleh Ruth M. Tappen dalam buku essential of nursing leadership and management.3th ed. (2004), bahwa seorang pemimpin yang efektif harus memiliki kualitas diri dan kualitas perilaku sebagai berikut :

Kualitas diri : integritas, Berani mengambil resiko, inisiatif, energy, optimis, pantang menyerah(perseverance), seimbang, Kemampuan menghadapi stress, dan Kesadaran diri serta memiliki Kualitas perilaku seperti: Berpikir kritis, Menyelesaikan masalah (solve problem), Menghormati/menghargai orang lain, Kemampuan berkomunikasi yang baik, Punya tujuan dan mengkomunikasikan visi dan meningkatkan kemampuan diri dan orang lain.


Kepemimpinan dalam Alquran

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا (58) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا (59)

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisa: 58-59)

“Jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.”

Itulah ketaatan kepada Allah dan ketaatan kepada Rasul, dan kepada Ulil Amri yang beriman dan menjalankan syari’at Allah dan Sunnah Rasul. Lalu perkara-perkara yang diperselisihkan itu dikembalikan kepada Allah dan Rasul. Semua ini adalah syarat iman kepada Allah dan Hari Akhir. Sebagaimana ia merupakan tuntutan iman kepada Allah dan Hari Akhir. Jadi, tidak ada iman sama sekali manakala syarat ini tidak terpenuhi. Tidak ada iman, dan pada gilirannya dampaknya yang pasti pun tidak mengikuti.

Setelah nash ini meletakkan masalah pada posisi kondisionalnya, maka sekali lagi nash menghadirkannya dalam bentuk “nasihat” dan motivasi, seperti yang dilakukannya terhadap perintah menunaikan amanah dan berlaku adil, yang kemudian disusul dengan nasihat dan motivasi.

“Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

Yang demikian itu lebih baik bagi Anda, dan lebih baik akibatnya. Lebih baik di dunia, juga lebih baik di akhirat. Lebih baik akibatnya di dunia, juga lebih baik akibatnya di akhirat. Jadi, bukan hanya menggapai ridha Allah dan pahala akhirat—dan itu merupakan berkara yang sangat, tetapi mengikuti manhaj itu juga dapat mewujudkan kebaikan dunia dan akibat yang baik bagi individu dan jama’ah di kehidupan yang dekat ini.

Sesungguhnya manhaj ini berarti “seseorang” menikmati kelebihan-kelebihan manhaj yang diletakkan Allah baginya. Allah yang Maha Menciptakan, Mahabijaksana, Maha Mengetahui, Maha Melihat, Maha Mengenal. Manhaj yang terbebas dari kebodohan, hawa nafsu, kelemahan, dan syahwat manusia. Manhaj yang tidak mengandung nepotisme kepada satu individu, satu kelompok, satu bangsa, satu ras, satu generasi. Karena Allah adalah Rabb bagi semua orang. Allah Subhanah tidak terkontaminasi oleh keinginan memihak kepada satu individu, atau satu strata sosial, atau satu bangsa, atau satu ras, atau satu generasi.

Inilah manhaj yang di antara keistimewaannya adalah dibuat oleh yang menciptakan manusia, yang mengetahui hakikat fitrahnya dan kebutuhan-kebutuhan yang hakiki bagi fitrah ini. Sebagaimana Dia mengetahui seluk-beluk jiwanya, sarana-sarana untuk berbicara kepadanya dan memperbaikinya. Sehingga manusia tidak terjebak dalam kebingunan saat mencari manhaj yang sesuai, dan Allah swt. tidak membebani manusia dengan harga dari uji coba-uji coba yang keras. Sementara mereka terjebak dalam kebingunan tanpa petunjuk!

Cukuplah bagi mereka melakukan uji coba dalam bidang kreasi dan inovasi material sesuka hari, karena bidang tersebut sangat luas bagi akal manusia. Dan cukuplah bagi akal mereka untuk berusaha menerapkan manhaj ini, dan mengetahui letak-letak analogi dan ijtihad mengenai hal-hal yang diperselisihkan akal.

Inilah manhaj yang di antara keistimewaan adalah dibuat oleh Pencipta alam semesta tempat manusia tinggal. Jadi, Dia menjamin untuk manusia manhaj yang kaidah-kaidahnya sesuai dengan hukum alam. Sehingga manusia tidak perlu berkonflik dengan hukum alam, tetapi justeru berdampingan dengannya dan memanfaatkannya. Manhaj memberinya petunjuk tentang semua ini dan melindunginya.

Inilah manhaj yang di antara keistimewaannya adalah—selain memberinya petunjuk dan melindunginya—manhaj ini juga memuliakannya dan memberi ruang bagi akalnya untuk bekerja di dalam manhaj. Yaitu ruang ijtihad untuk memahami nash-nash yang ada, disusul dengan ijtihad untuk mengembalikan masalah yang tidak diredaksikan kepada nash-nash atau kepada prinsip-prinsip umum agama ini. Dan selain itu ada ruang yang orisinil bagi akal manusia, yaitu ruang penelitian ilmiah terhadap alam semesta dan ruang kreasi dan inovasi material.

“Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

Sehabis menetapkan kaidah universal ini dalam syarat iman dan batasan Islam, juga dalam aturan pokok umat Islam, dan manhaj penetapan syari’at dan prinsip-prinsipnya, maka konteks beralih kepada orang-orang yang menyimpang dari kaidah ini, kemudian sesudah itu mereka mengklaim sebagai orang yang beriman! Padahal mereka melanggar syarat iman dan batasan Islam, karena mereka ingin bermahkamah kepada selain syari’at Allah, yaitu kepada Thaghut, padahal mereka diperintahkan untuk mengingkarinya.

Konteks beralih kepada mereka untuk memandang aneh sikap mereka. Juga untuk mengingatkan mereka dan orang-orang seperti mereka tentang keinginan setan untuk menyesatkan mereka. Konteks mendeskripsikan kondisi mereka ketika diajak mengikuti Allah dan Rasul-Nya lalu mereka menolak. Penolakan ini dianggap sebagai sikap hipokrit. Sebagaimana konteks menganggap keinginan mereka untuk bermahkamah kepada thaghut sebagai tindakan keluar dari iman—bahkan sejak awal dianggap tidak masuk ke dalamnya. Sebagaimana konteks menjelaskan alasan-alasan mereka yang lemah dan palsu untuk mengikuti langkah yang aneh ini, ketika bencana dan musibah ditimpakan pada mereka. Meski demikian, Rasulullah saw diinstruksikan untuk menasihati mereka. Dan penggal ini ditutup dengan penjelasan tentang tujuan Allah mengutus para Rasul.

"Setiap manusia adalah Pemimpin,,,,,
dan sebaik-baiknya Pemimnin adalah yang menghidupi rakyat bukan pemimpin yang hidup dari rakyat" KHA. Dahlan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar